From someone " no mentioned" --hmmm, sangat indah kata-katanya
Penyair cinta yang baru, pantas untuk dikagumi, she called it "the beauty of loving someone"
Mendapati bahwa aku mulai
tertarik padamu dan mulai mendoakanmu adalah suatu anugrah buatku. Ntah kenapa
rasa ini datang ke aku, apakah ini karena keinginan Tuhan atau kah aku terpukau
dengan kebaikan dan perhatianmu. Bagiku kamu begitu sempurna, dan bagiku kamu
adalah anugrah. Aku sadar mencintai akan sangat berat terlebih bila mengetahui
kalau akhirnya cintaku hanya akan bertepuk sebelah tangan. Namun bagiku saat
ini, bertepuk sebelah tangan atau tidak, bukanlah suatu masalah. Karena aku
begitu mencintai kamu, aku bahkan rela menghabiskan waktuku untuk merenungkan
saat – saat yang akan kita lewati apabila kelak kita bersama. Bagiku
mencintaimu sangat indah, penuh dengan refleksi diri, benar kamu mungkin tidak
tau perasaanku dan begitu pula dengan aku, namun cintaku padamu telah
mengajarkanku banyak hal, cintaku padamu telah mengajarkanku tentang bagaimana
menjadi seorang perempuan yang sangat disayangi
pasangan, bagaimana menghargai pasangan, dan bagaimana membuat mereka
bangga memiliki wanita.
Bagiku bukanlah suatu kerugian
ketika aku harus mencintai kamu yang bagiku sendiri belum jelas. Kamu pernah
bertanya padaku, “apakah saat ini aku sedang mendoakan seseorang” dan saat itu
aku menjawab iya dengan lantangnya. Sampai akhirnya kusadari kalau jawabanku
itu telah menjebak diriku sendiri, dan itu kujadikan sebagai pembenaran bahwa
kamu dulu sempet punya niat untuk mendekati aku. Kamu pernah bertanya tentang
seberapa sempurnanya laki-laki itu buatku, dan aku menjawab “dia sangat
sempurna dan aku tidak harus mencari yang lain lagi, karena semua criteria yang
aku inginkan ada pada dia”. Well, aku anggap saat itu adalah sebuah proses buat
aku, yang berarti saat itu Tuhan belum mengijinkan kita menjalin hubungan.
Kenapa dengan aku? Aku sedang tidak berusaha menghibur, menyalahkan, ataupun
mencari pembenaran, namun terlebih karena bagiku itu semua adalah proses
pembelajaran, bila ternyata aku menyesal, biarlah itu kudajadikan pelajaran.
Indah rasanya saat mendoakanmu,
berusaha mengenal pribadimu, memberi perhatian padamu, mencintaimu dengan
tulus, menerima semua kelebihan dan kekuranganmu, dan mengagumi kepribadianmu
yang bagiku sangat dasyhat. Tuhan sungguh luar biasa memperkenalkan kamu untuk
aku, bagiku kau begitu sempurna.
Jika kelak bukan kamu yang Tuhan
tunjuk buat aku, aku akan sangat bersyukur, karena bahkan sebelum mengetahui
jawaban itu, mencintai kamu telah mengajarkan ku banyak hal, dan pelajaran itu
sangat baik. Belajar membuatku akan bisa menerima kenyataan, atau jawaban apa
kelak. Jika mereka bilang aku harus siap-siap untuk kenyataan buruk, iya aku
akan siap, dan jika kelak kamu adalah jawabannya maka itu adalah “bonus”.
Takkan ada yang sia-sia dari mendoakan, selama aku mendoakanmu, selama itu
hari-hariku dipenuhi dengan perasaan
yang sangat tulus, setiap saat selalu kusempatkan mendoakanmu,
ditengah-tengah pekerjaanku, didoa-doaku, semua aktifitas dan harapanku. Aku
bahkan sedang banyak membaca tentang hubungan, baik itu suami istri, sedang
dalam pendekatan, hubungan laki-laki dan wanita, dan problema-problema yang
mungkin ada didalamnya. Dengarlah hai kamu, aku sedang mempersiapkan diriku
untuk memiliki cintamu. Aku sering berkata pada Tuhan, “Tuhan, jika bukan dia
yang aku dapatkan kelak, aku nggak tau Tuhan apakah aku bisa mencintai orang
lain itu setulus aku mencintai dia? Tuhan aku begitu tulus mencintai dia, dan
aku ingin mencintai dia, seperti Tuhan mencintaiku, akan kah kutemukan cinta
yang lain ada diri orang lain? Tuhan mungkin aku tidak sanggup”