Saturday, October 01, 2011

The otherside of Jakarta

Kali ini saya mau bercerita tentang Jakarta setelah sekian lama saya tinggal di kota ini. Kota  penuh dengan cerita yang banyak menyisakan pengalaman yang dihati setiap penghuni maupun pengunjungnya. Termasuk saya sendiri, bisa dibilang saya adalah orang yang dulunya tidak menyukai Jakarta terlalu cinta dengan kota sebelumnya. Namun akhirnya semua itu terpatahkan lagi karena harus menghadapi kenyataan untuk mencari pekerjaan setelah menyelesaikan dunia perkuliahan. 3 bulan sebelum saya wisuda, saya mengujungi Jakarta dan saat itu saya hanya bilang “ suatu hari nanti aku akan kerja di antara gedung-gedung ini, I love you Jakarta” ini untuk tujuan seperti kata orang-orang bahwa ketika kita menanamkan pikiran positif dalam hati kita, maka kata-kata positif itu akan menjadi kekuatan kita dan itu akan menjadi kenyataan dalam hidup kita. Alhasil saya merasa berhasil, lulus kuliah saya langsung ke Jakarta, mencari pekerjaan dan keinginanku untuk bekerja di salah satu gedung pencakar langit itu pun berhasil, dan yah aku mensyukuri saat itu. Sampai akhirnya hidup mempunyai pandangan lain, hidup harus terus berlanjut, ga cukup hanya gengsi, namun ada hal yang lebih penting yaitu “ perkembangan karir” ini adalah hal yang selalu dicari orang dalam kehidupan, ketika hidup rasanya baik-baik saja, atau dalam saat comfort zona, saat itulah kita berfikir untuk memulai perjalanan baru, memulai untuk melakukan suatu hal yang baru, entah itu tentang pekerjaan, aktifitas,atau bahkan keinginan untuk melajutkan pendidikan.  Saya sendiri mencoba untuk mencari lompatan karir dengan mencari pekerjaan baru, bukan berarti saya tidak menyenangi pekerjaan saya sebelumnya, namun terlebih karena saya ingin berkarir di passion saya. Mendapati bahwa gedung tidak menunjukkan bagaimana kehebatan, salary dari seseorang, maupun prestige yang dia pegang, semua itu akan terpatahkan (at least ini menurut saya) ketika kita mendapati pekerjaan atau hal lain yang lebih menantang dan sesuai dengan passion, apalagi kita masih bisa menikmati keindahan maupun kenikmatan yang diberikan oleh kota ini pada kita. Semua hanya masalah waktu.  Saya mengambil kesempatan untuk memasuki dunia pekerjaan yang sangat jauh berbeda dari pekerjaan sebelumnya.



Well is not about job that im going to share, but it’s about this city “Jakarta”. Living in Jakarta  is not easy especially for ppl that cant survive. Ga banyak yang bisa survive tinggal di Kota ini, tapi banyak juga yang mencoba untuk survive walaupun begitu berat kehidupannya (saya menganggap orang ini adalah jenis orang yang tidak punya pilihan atau sekedar mempertahankan gengi).

Beberapa waktu yang lalu saya mengalami kejadian yang cukup membuat saya trauma dengan kota ini. Selama ini saya adalah orang yang sangat mencintai kota ini, kota ini penuh dengan tantangan dan saya selalu bilang “ god, I love this city” kota ini menjanjikan banyak hal, namun juga mengutuk penghuninya dalam banyak hal. Segala sesuatu ada dikota ini, makanan, hiburan, apapun yang diinginkan ada dikota ini, sorga dan neraka sangat jelas terlihat dikota ini. Kejadian buruk yang saya alami adalah saya “DIJAMBRET” sama sekelompok orang yang akhirnya saya mendapati bahwa mereka ini adalah orang-orang dari “KAPAK MERAH”, geng ini tidak asing ditelinga orang Jakarta, berlokasi di daerah Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Mereka ini bukan hanya sekedar menjambret, tapi tidak segan-segan menyakiti orang yang menjadi mangsa mereka, termasuk saya sendiri mengalaminya. Yang menyisakan trauma yang cukup besar bagi hidup saya, bahkan sampai saat ini, membuat saya takut dan sering mengurungkan niat untuk pergi menjelajahi kota ini. Cukup trauma, karena mereka kasar, tak kenal mangsa dan arghh tak tergambarkan seperti apa rasanya saat itu, bahkan kalo nginget sampai hari ini juga masih sangat menyiksa.



Pendapatku tentang mereka adalah,

·         kota ini sudah terlalu kejam buat mereka, itu karena mereka tidak mau berusaha untuk berjuang hidup dengan bener (secara masih muda), mungkin karena pendidikan mereka tidak ada sehingga tidak pny rasa percaya diri untuk melamar pekerjaan.

·         Mereka orang-orang malas yang merasa, mendingan mencuri daripada kerja cape-cape dapatnya kecil

·         Mereka tidak diterima dimasyarakat, atau merasa tidak diterima

·         Mendapati kekecewaan terhapad perlakuan orang terhadap mereka

·         Saya yakin tidak ada orang yang bercita-cita jadi pencuri, penjahat, semua orang pengen hidup benar, namun kenyataan mereka mendapati itu tdaklah gampang.

Kota ini sudah terlalu penuh, saya menyesalkan pemerintah yang tidak menanggapi kejadian-kejadian, trauma-trauma yang dialami rakyatnya. Seperti saya sendiri yang mengalami kejadian itu di dalam angkotan umum, saya jadi membenci para supir. Saya berpendapat, kenapa angkotan di Negara ini tidak disediakan sama Negara saja, jadi supir dan kernetnya adalah orang-orang yang lulus seleksi menyetir, seleksi mental dan laiinya. Melihat kondisi angkutan kota ini, miris sekali rasanya, ada busway yang cukup aman, sejuk, namun belum semua daerah disentuh, dan antriannya sangat panjang dan lama, kerete komuter cukup membantu, tapi tidak bisa untuk tujuan jarak dekat. Ada bis, angkot, kopaja, metromini, bajaj, ini adalah golongan angkotan yang tidak aman, sesak, penuh dengan pengamen, penuh dengan pencurian, copet. Ntah kapan pemerintah akan mendegar keluhan ini dan memberikan solusi yang bagus untuk angkutan diJakarta, rakyat sudah terlalu banyak kecewa dengan Negara, demikian juga para pencuri dan penjahat itu. Memang sekali lagi ini semua balik ke moral pribadi manusia, namun factor x itu pasti selalu ada. 



 Akhirnya, diakhir tulisan ini, saya berharap Jakarta akan lebih aman, dan lovely city untuk penghuninya.